"Berbicaralah tentang kebenaran semampumu. Sesungguhnya bicaramu akan hidup dan diammu adalah kebekuan. Jika engkau tidak menemukan kebenaran yang bisa engkau ucapkan, maka diammu adalah sebuah kebenaran.

Sabtu, 30 Juni 2012

Novel Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah


1. Identitas Buku
Judul         : Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Penulis       : Tere Liye
Penerbit     : PT Gramedia Pustaka Utama
Halaman    : x + 512 Halaman; 20 cm
Cetakan     : Jakarta, Januari 2012
ISBN         : 978-979-22-7913-9

2. Pratinjau
Luar biasa. Begitulah kesan yang tersirat setelah membaca novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah karya Tere Liye ini. Bagaimana tidak? Alur cerita dan gaya bahasa yang disuguhkannya mampu dikemas begitu apik dari awal hingga akhir. Ditinjau dari segi intrinsiknya, novel ini bisa dibilang hampir tanpa cela. Sebab di setiap peristiwa, Tere Liye dengan cerdas menggambarkan karakteristik dan deskripsi yang begitu kuat pada tiap karakternya. Sehingga pembaca bisa dengan mudah menafsirkan arah jalan ceritanya. Bahasanya pun sangat memikat, dengan dibumbui ragam kekayaan bahasa dan imajinasi yang luas. Novel ini memiliki kekayaan bahasa sekaligus keteraturan berbahasa Indonesia. Dimulai dari istilah- istilah humor metaforis, hingga dialek dan sastra melayu bertebaran di sepanjang halaman.
Mulanya, cerita ini lebih bernuansa komikal dengan latar belakang asal- muassal Kota Pontianak dimana terjadi penaklukkan si hantu Ponti, Sepit yang menjadi ‘PRIMADONA’ dan kegiatan warga di sepanjang tepian Kapuas. Namun lebih dalam menjelajahi setiap makna kata demi kata, terasalah begitu kuat karakter yang muncul di tiap-tiap tokohnya. Terlebih saat Tere Liye membawa kita ke dalam kenyataan hidup yang harus dihadapi tokoh Borno yang cintanya seakan sudah mencapai titik kemustahilan, dan dengan sensasi filosofis Pak Tua kembali membangkitkan obor semangat meraih cinta dan menekankan begitu besarnya kekuatan cinta yang akhirnya dapat mengantarkan Borno ke Surabaya, Kota tempat Mei Berada.
Selain menggambarkan betapa superpower-nya kekuatan cinta, pada
novel ini Tere Liye juga mencitrakan kebijaksanaan seorang
Pak Tua yang begitu besar serta kesetiakawanan seorang sahabat bernama Andi. Pengorbanan dan ketulusan seorang teman dalam mendukung cinta temannya di tengah keterbatasan hidup menjadikan semangat tak terbeli bagi Borno dalam menggapai “Cinta Pertamanya”. Disinilah cerita mulai berevolusi menjadi balada yang begitu memukau, misterius dan membutuhkan kesabaran. Novel ini menjadi bacaan yang begitu kolosal dan sarat akan pesan-pesan moril.
Angkat topi untuk Tere Liye yang telah berhasil membuat suguhan kisah cinta pertama yang luar biasa penuh perjuangan dan sangat memukau.

3. Isi
1) Unsur Intrinsik
  • Tema
Tema yang tersirat dalam novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah ini tak lain adalah “perjuangan, perbuatan dan kesabaran dalam cinta”. Hal itu dapat dibuktikan dari penceritaan per kalimatnya dimana penulis berusaha menggambarkan begitu besarnya kekuatan cinta pertama sehingga dapat membawa seseorang menerjang kerasnya kehidupan dan batas kemustahilan.

  • Latar
Dalam novel ini disebutkan latarnya yaitu di Pulau Kalimantan tepatnya di Kota Pontianak dengan tepian Kapuasnya, Pelabuhan, Pabrik Karet, Istana Kadariah, Dermaga tempat tambatan sepit, Kota Surabaya. Waktu yang digunakan pagi, siang, sore, dan malam. Latar nuansanya lebih berbau melayu dan gejolak remaja yang diselimuti cinta.
  • Penokohan dan Perwatakan
Borno: baik hati, optimistis, pantang menyerah, polos, gigih, pekerja keras dan sederhana
Pak Tua (Hidir): baik, bijaksana, penuh dengan cerita-cerita filosofis dan petuah cinta.
Ibu Borno (Saijah): baik dan penuh kasih sayang.
Bang Togar: galak, pemarah, berjiwa keras namun memiliki kesetiakawanan yang besar.
Mei: peranakan cina yang cantik bermata sendu, ramah, akrab tulus dan misterius.
Andi: seorang sahabat yang baik, antusias dan bersemangat  
Tokoh lain: Koh Acong, Cik Tulani, Jauhari, Daeng (ayahnya Andi), Jupri, Sarah, Tun Badawi, Bibi dan petugas Timer yang tak pernah disebutkan namanya adalah tokoh pendukung dalam novel ini.
  • Alur
Dalam novel ini menggunakan alur gabungan (alur maju dan mundur). Alur maju ketika pengarang menceritakan dari mulai kecil sampai dewasa dan alur mundur ketika menceritakan peristiwa waktu kecil pada saat sekarang/dewasa.

  • Gaya Penulisan
Gaya penceritaan novel ini sangat sempurna. Yaitu kecerdasan kata-kata dan kelembutan bahasa puitis berpadu tanpa ada unsur repetitif yang membosankan. Setiap katanya mengandung kekayaan bahasa sekaligus makna apik dibalik tiap-tiap katanya. Selain itu, Novel ini ditulis dengan gaya realis bertabur metafora, penyampaian cerita yang cerdas dan menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi. Komikal dan banyak mengandung letupan intelegensi yang kuat sehingga pembaca tanpa disadari masuk dalam kisah dan karakter-karakter yang ada dalam novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah.
  • Amanat
Amanat yang disampaikan dalam Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah ini adalah cinta selalu saja misterius. Jangan diburu-buru atau kau akan merusak jalan ceritanya sendiri. Hal itu sangat jelas pada tiap-tiap subbabnya. Yang pada prinsipnya manusia tidak akan pernah bisa untuk lepas dari sebuah Cinta dan keinginan besar dalam hidupnya. Hal itu secara jelas digambarkan penulis dalam novel ini dengan maksud memberikan titik terang kepada manusia yang mempunyai cinta dan cita-cita besar namun terganjal oleh segala keterbatasan.
  • Sudut Pandang
Sudut pandang novel ini yaitu “orang pertama” (akuan). Dimana penulis memposisikan dirinya sebagai tokoh Borno dalam cerita.

2) Unsur Ekstrinsik
  • Nilai Moral
Nilai moral pada novel ini sangat kental. Sifat-sifat yang tergambar menunjukkan rasa humanis yang terang dalam diri seorang bujang dalam menyikapi kerasnya kehidupan. Di sini, tokoh utama digambarkan sebagai sosok pemuda yang mempunyai perangai yang baik dan rasa setia kawan yang tinggi. Borno bujang dengan hati paling lurus di sepanjang tepian Kapuas.
  • Nilai Sosial
Ditinjau dari nilai sosialnya, novel ini begitu kaya akan nilai sosial. Hal itu dibuktikan rasa setia kawan yang begitu tinggi antara tokoh Borno, Andi, Pak Tua, Bang Togar, Cik Tulani dan Ibu Borno Saijah. Masing-masing saling mendukung dan membantu antara satu dengan yang lain. Hal itu dapat terlihat ketika Pak Tua sakit dan Cik Tulani yang senantiasa memberikan ‘sisa’ makanannya dan ketika Bang Togar dipenjara. Dengan didasari rasa gotong royong yang tinggi dalam keadaan kekurangan pun masih dapat saling membantu satu sama lain.

·         Nilai Adat istiadat
Nilai adat di sini juga begitu kental terasa. Adat kebiasaan saling menyapa menghargai satu sama lain walaupun berasal dari suku yang berbeda Suku Melayu, Suku Dayak, Suku Batak, Cina dan Bugis. Ataupun mata pencaharian warga yang sangat keras dan kasar yaitu berkerja sebagai karyawan karet dan sebagai pengemudi sepit jelas di novel ini. Sehingga menambah khazanah budaya yang lebih di Indonesia.
  • Nilai Agama
Nilai agama pada novel ini juga secara jelas tergambar. Terutama pada bagian-bagian dimana. “Aku malu sudah memegang tangannya. Itu dosa,” (halaman 118). Hal itu juga yang membuat novel ini begitu kaya.

4. Kelebihan dan Kelemahan
1) Kelebihan
  • Banyak kelebihan-kelebihan yang didapatkan dalam novel ini. Mulai dari segi kekayaan bahasa hingga kekuatan alur yang mengajak pembaca masuk dalam cerita hingga merasakan tiap latar yang terdeskripsikan secara sempurna. Hal ini tak lepas dari kecerdasan penulis memainkan imajinasi berfikir yang dituangkan dengan bahasa-bahasa intelektual yang berkelas. Penulis juga menjelaskan tiap detail latar yang membeground adegan demi adegan, sehingga pembaca selalu menantikan dan menerka-nerka setiap hal yang akan terjadi. Selain itu, kelebihan lain daripada novel ini yaitu kepandaian Tere Liye dalam mengeksplorasi karakter-karakter sehingga kesuksesan pembawaan yang melekat dalam karakter tersebut begitu kuat. Kisah-kisah hubungan antar manusia (kisah cinta) digambarkan secara menarik dan utuh tanpa harus terasa vulgar.
2) Kelemahan
·         Pada dasarnya novel ini hampir tiada kelemahan. Hal itu disebabkan karena penulis dengan cerdas dan apik menggambarkan keruntutan alur, deskripsi setting, dan eksplorasi kekuatan karakter. Baik ditinjau dari segi kebahasaan hingga sensasi yang dirasakan pembaca sepanjang cerita, novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan pembaca yang haus akan novel yang bermutu.

5. Sinopsis
Novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah menceritakan tentang sebuah perjuangan cinta pemuda Melayu tepian sungai Kapuas yaitu Borno tokoh sentral novel ini “Bujang paling lurus sepanjang tepian Kapuas” Setelah beberapa kali berganti pekerjaan sebagai karyawan di gudang karet, sarang walet, petugas karcis di dermaga pelampung, akhirnya memutuskan menjadi pengemudi sepit (perahu tempel). Lalu seorang gadis beramput panjang tergerai dengan mata sendu menawan menumpang sepitnya. Inilah awal mula cerita cinta ini dimulai. Mulai dari menyabotase antrian sepit, masuk di antrian nomor 13 agar si gadis bermata sendu menumpang perahunya, sampai berputar-putar di tengah kota mencari alamat Mei. Tapi pada akhirnya justru kebetulan-kebetulan yang tidak direncanakan yang membuatnya bisa bertemu dan berduaan dengan Mei. Hubungan mereka mengalami tarik ulur, kemudian tiba-tiba Mei memutuskan untuk meninggalkan Borno tanpa memberi alasan yang jelas.
Cerita cinta yang penuh dengan tantangan, pengorbanan dan lika-liku kehidupan yang memesona sehingga kita akan percaya akan adanya tenaga cinta, percaya pada kekuatan kerjasama dan kekuasaan Allah.  Berbeda dengan cerita romance kebanyakan, novel ini lebih membumi dan tidak cengeng. Akhir novel ini sangat mengejutkan. Sepucuk angpau merah mampu menjawab semua pertanyaan Borno. Novel ini cocok sekali untuk mereka yang sedang jatuh cinta, patah hati dan rindu berat. Karena dalam novel ini kita bisa ngontek cerita cinta borno, petuah-petuah Pak Tua dalam menyikapi perasaan cinta ataupun Tips kencan pertama ala Bang Togar...
 Layak baca dan tak akan membuang-buang waktu deh. Sekali lagi angkat topi setinggi-tingginya dan  Bintang empat untuk novel ini ^_^.